11. Teori paham kekuasaan dan geopolitik
Paham kekuasaan dan Teori Geopolitik
untuk Negara lain
Paham kekuasaan menurut beberapa para ahli yaitu :
Paham kekuasaan menurut beberapa para ahli yaitu :
TEORI-TEORI
KEKUASAAN
Wawasan nasional dibentuk dan dijiwai oleh paham kekuasaan dan geopolitik yang dianut oleh negara yang bersangkutan.
Wawasan nasional dibentuk dan dijiwai oleh paham kekuasaan dan geopolitik yang dianut oleh negara yang bersangkutan.
PAHAM-PAHAM
KEKUASAAN
a. Machiavelli (abad XVII)
Sebuah negara itu akan bertahan apabila menerapkan dalil-dalil:
1. Dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan segala cara dihalalkan
2. Untuk menjaga kekuasaan rezim, politik adu domba (devide et empera) adalah sah.
3. Dalam dunia politik,yang kuat pasti dapat bertahan dan menang.
a. Machiavelli (abad XVII)
Sebuah negara itu akan bertahan apabila menerapkan dalil-dalil:
1. Dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan segala cara dihalalkan
2. Untuk menjaga kekuasaan rezim, politik adu domba (devide et empera) adalah sah.
3. Dalam dunia politik,yang kuat pasti dapat bertahan dan menang.
b.
Napoleon Bonaparte (abad XVIII)
Perang dimasa depan merupakan perang total, yaitu perang yang mengerahkan segala daya upaya dan kekuatan nasional. Napoleon berpendapat kekuatan politik harus didampingi dengan kekuatan logistik dan ekonomi, yang didukung oleh sosial budaya berupa ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa untuk membentuk kekuatan pertahanan keamanan dalam menduduki dan menjajah negara lain.
Perang dimasa depan merupakan perang total, yaitu perang yang mengerahkan segala daya upaya dan kekuatan nasional. Napoleon berpendapat kekuatan politik harus didampingi dengan kekuatan logistik dan ekonomi, yang didukung oleh sosial budaya berupa ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa untuk membentuk kekuatan pertahanan keamanan dalam menduduki dan menjajah negara lain.
TEORI-TEORI
GEOPOLITIK (ilmu bumi politik)
Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala politik dari aspek geografi. Teori ini banyak dikemukakan oleh para sarjana seperti :
a. Federich Ratzel
1. Pertumbuhan negara dapat dianalogikan (disamakan) dengan pertumbuhan organisme (mahluk hidup) yang memerlukan ruang hidup, melalui proses lahir, tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup tetapi dapat juga menyusut dan mati.
2. Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh kelompok politik dalam arti kekuatan. Makin luas potensi ruang makin memungkinkan kelompok politik itu tumbuh (teori ruang).
3. Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari hukum alam. Hanya bangsa yang unggul yang dapat bertahan hidup terus dan langgeng.
4. Semakin tinggi budaya bangsa semakin besar kebutuhan atau dukungan sumber daya alam. Apabila tidak terpenuhi maka bangsa tsb akan mencari pemenuhan kebutuhan kekayaan alam diluar wilayahnya (ekspansi). Apabila ruang hidup negara (wilayah)
sudah tidak mencukupi, maka dapat diperluas dengan mengubah batas negara baik secara damai maupun dengan kekerasan/perang. Ajaran Ratzel menimbulkan dua aliran :
-menitik beratkan kekuatan darat
-menitik beratkan kekuatan laut
Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala politik dari aspek geografi. Teori ini banyak dikemukakan oleh para sarjana seperti :
a. Federich Ratzel
1. Pertumbuhan negara dapat dianalogikan (disamakan) dengan pertumbuhan organisme (mahluk hidup) yang memerlukan ruang hidup, melalui proses lahir, tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup tetapi dapat juga menyusut dan mati.
2. Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh kelompok politik dalam arti kekuatan. Makin luas potensi ruang makin memungkinkan kelompok politik itu tumbuh (teori ruang).
3. Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari hukum alam. Hanya bangsa yang unggul yang dapat bertahan hidup terus dan langgeng.
4. Semakin tinggi budaya bangsa semakin besar kebutuhan atau dukungan sumber daya alam. Apabila tidak terpenuhi maka bangsa tsb akan mencari pemenuhan kebutuhan kekayaan alam diluar wilayahnya (ekspansi). Apabila ruang hidup negara (wilayah)
sudah tidak mencukupi, maka dapat diperluas dengan mengubah batas negara baik secara damai maupun dengan kekerasan/perang. Ajaran Ratzel menimbulkan dua aliran :
-menitik beratkan kekuatan darat
-menitik beratkan kekuatan laut
b.
Rudolf Kjellen
1. Negara sebagai satuan biologi, suatu organisme hidup. Untuk mencapai tujuan negara, hanya dimungkinkan dengan jalan memperoleh ruang (wilayah) yang cukup luas agar memungkinkan pengembangan secara bebas kemampuan dan kekuatan rakyatnya.
2. Negara merupakan suatu sistem politik/pemerintahan yang meliputi bidang-bidang: geopolitik, ekonomipolitik, demopolitik, sosialpolitik dan kratopolitik.
3. Negara tidak harus bergantung pada sumber pembekalan luar, tetapi harus mampu swasembada serta memanfaatkan kemajuan kebudayaan dan teknologi untuk meningkatkan kekuatan nasional.
1. Negara sebagai satuan biologi, suatu organisme hidup. Untuk mencapai tujuan negara, hanya dimungkinkan dengan jalan memperoleh ruang (wilayah) yang cukup luas agar memungkinkan pengembangan secara bebas kemampuan dan kekuatan rakyatnya.
2. Negara merupakan suatu sistem politik/pemerintahan yang meliputi bidang-bidang: geopolitik, ekonomipolitik, demopolitik, sosialpolitik dan kratopolitik.
3. Negara tidak harus bergantung pada sumber pembekalan luar, tetapi harus mampu swasembada serta memanfaatkan kemajuan kebudayaan dan teknologi untuk meningkatkan kekuatan nasional.
c.
Karl Haushofer
Pandangan Karl Haushofer ini berkembang di Jerman di bawah kekuasan Adolf Hitler, juga dikembangkan ke Jepang dalam ajaran Hako Ichiu yang dilandasi oleh semangat militerisme dan fasisme. Pokok– pokok teori Haushofer ini pada dasarnya menganut teori Kjelen, yaitu sebagai berikut :
1. Kekuasan imperium daratan yang kompak akan dapat mengejar kekuasan imperium maritim untuk menguasai pengawasan dilaut
2. Negara besar didunia akan timbul dan akan menguasai Eropa, Afrika, dan Asia barat (Jerman dan Italia) serta Jepang di Asia timur raya.
3. Geopulitik adalah doktrin negara yang menitik beratkan pada soal strategi perbatasan. Geopolitik adalah landasan bagi tindakan politik dalam perjuangan kelangsungan hidup untuk mendapatkan ruang hidup (wilayah).
Pandangan Karl Haushofer ini berkembang di Jerman di bawah kekuasan Adolf Hitler, juga dikembangkan ke Jepang dalam ajaran Hako Ichiu yang dilandasi oleh semangat militerisme dan fasisme. Pokok– pokok teori Haushofer ini pada dasarnya menganut teori Kjelen, yaitu sebagai berikut :
1. Kekuasan imperium daratan yang kompak akan dapat mengejar kekuasan imperium maritim untuk menguasai pengawasan dilaut
2. Negara besar didunia akan timbul dan akan menguasai Eropa, Afrika, dan Asia barat (Jerman dan Italia) serta Jepang di Asia timur raya.
3. Geopulitik adalah doktrin negara yang menitik beratkan pada soal strategi perbatasan. Geopolitik adalah landasan bagi tindakan politik dalam perjuangan kelangsungan hidup untuk mendapatkan ruang hidup (wilayah).
d.
Sir Halford Mackinder (konsep wawasan benua)
Teori ahli Geopolitik ini menganut “konsep kekuatan”. Ia mencetuskan wawasan benua yaitu konsep kekuatan di darat. Ajarannya menyatakan ; barang siapa dapat mengusai“daerah jantung”, yaitu Eropa dan Asia, akan dapat menguasai “pulau dunia” yaitu Eropa, Asia, Afrika dan akhirnya dapat mengusai dunia.
Teori ahli Geopolitik ini menganut “konsep kekuatan”. Ia mencetuskan wawasan benua yaitu konsep kekuatan di darat. Ajarannya menyatakan ; barang siapa dapat mengusai“daerah jantung”, yaitu Eropa dan Asia, akan dapat menguasai “pulau dunia” yaitu Eropa, Asia, Afrika dan akhirnya dapat mengusai dunia.
e.
Sir Walter Raleigh dan Alferd Thyer Mahan (konsep wawasan bahari)
Barang siapa menguasai lautan akan menguasai “perdagangan”. Menguasai perdagangan berarti menguasai “kekayaan dunia” sehinga pada akhirnya menguasai dunia.
Barang siapa menguasai lautan akan menguasai “perdagangan”. Menguasai perdagangan berarti menguasai “kekayaan dunia” sehinga pada akhirnya menguasai dunia.
f.
W.Mitchel, A.Seversky, Giulio Douhet, J.F.C.Fuller (konsep wawasan dirgantara)
Kekuatan di udara justru yang paling menentukan. Kekuatan di udara mempunyai daya tangkis terhadap ancaman dan dapat melumpuhkan kekuatan lawan dengan penghancuran dikandang lawan itu sendiri agar tidak mampu lagi bergerak menyerang.
Kekuatan di udara justru yang paling menentukan. Kekuatan di udara mempunyai daya tangkis terhadap ancaman dan dapat melumpuhkan kekuatan lawan dengan penghancuran dikandang lawan itu sendiri agar tidak mampu lagi bergerak menyerang.
22. Paham
Kekuasaan dan Teori Geopolitik Bangsa Indonesia
Paham
kekuasaan Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi Pancasila menganut
paham tentang perang dan damai berdasarkan : “Bangsa Indonesia cinta damai,
akan tetapi lebih cinta kemerdekaan”. Dengan demikian wawasan nasional bangsa
Indonesia tidak mengembangkan ajaran kekuasaan dan adu kekuatan karena hal
tersebut mengandung persengketaan dan ekspansionisme.
Paham Geopolitik Bangsa Indonesia
Paham
Geopolitik Bangsa Indonesia didasarkan atas nilai KeTuhanan dan kemanusiaan
yang luhur sesuai pembukaan UUD’45. Yang pada intinya :
• Bangsa Indonesia cinta damai tapi lebih cinta kemerdekaan
• Bangsa Indonesia menolak segala bentuk penjajahan dan menolak ekspansionisme
• Bangsa Indonesia cinta damai tapi lebih cinta kemerdekaan
• Bangsa Indonesia menolak segala bentuk penjajahan dan menolak ekspansionisme
Dalam
menjalin hubungan internasional Bangsa Indonesia berpijak pada paham kebangsaan
(nasionalisme) yang membentuk suatu wawasan kebangsaan dengan menolah
chauvinisme. Bangsa Indonesia terbuka dalam menjalin hubungan kerjasama antar
bangsa yang saling menolong dan saling menguntungkan.
Teori Geopolitik Bangsa Indonesia
Geopolitik
Indonesia : Persatuan dan Kesatuan : Bhinneka Tunggal Ika
Bangsa Indonesia cinta damai akan tetapi lebih cinta kepada kemerdekaan dan kedaulatan nusantara
Bangsa Indonesia cinta damai akan tetapi lebih cinta kepada kemerdekaan dan kedaulatan nusantara
Paham
Geopolitik Bangsa Indonesia Pemahaman tentang negara atau state, Indonesia
menganut paham Negara Kepulauan yaitu paham yang dikembangkan dari Archipelego
Concept (Asas Archipelego) yang memang berbeda dengan pemahaman Archipelego di
negara-negara Barat pada umumnya. Perbedaan yang esensial dari pemahaman ini
adalah :
Menurut Paham Barat peranana laut sebagai pemisah pulau, sedang Paham Indonesia menyatakan laut sebagai penghubung sehingga wilayah negara sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai Satu Tanah Air dan disebut Negara Kepulauan.
Menurut Paham Barat peranana laut sebagai pemisah pulau, sedang Paham Indonesia menyatakan laut sebagai penghubung sehingga wilayah negara sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai Satu Tanah Air dan disebut Negara Kepulauan.
33. Undang-undang tentang hukum laut di Indonesia
Berikut
Undang-Undang dan Peraturan yang telah mengacu pada Konvensi Hukum Laut
Internasional:
·
Undang-Undang
No. 17 tahun 1985 tentang Pengesahan atas UNCLOS 1982
Tanggal 31 Desember 1985 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 17 tahun
1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea
(Konvensi PBB tentang Hukum Laut) untuk meratifikasi Konvensi PBB tentang Hukum
Laut pada tahun 1982. Menurut UNCLOS, Indonesia berhak untuk menetapkan
batas-batas terluar dari berbagai zona maritim dengan batas-batas maksimum
ditetapkan sebagai berikut:
· Laut Teritorial sebagai bagian dari wilayah negara :
12 mil-laut;
· Zona Tambahan dimana negara memiliki yurisdiksi khusus
: 24 mil-laut;
· Zona Ekonomi Eksklusif : 200 mil-laut, dan
· Landas Kontinen : antara 200 – 350 mil-laut atau
sampai dengan 100 mil-laut dari isobath (kedalaman) 2.500 meter.
Pada ZEE dan Landas Kontinen, Indonesia memiliki hak-hak berdaulat untuk
memanfaatkan sumber kekayaan alamnya. Di samping itu, sebagai suatu negara
kepulauan Indonesia juga berhak untuk menetapkan:
· Perairan Kepulauan pada sisi dalam dari garis-garis
pangkal kepulauannya,
· Perairan pedalaman pada perairan kepulauannya.
Berbagai zona maritim tersebut harus diukur dari garis-garis pangkal atau
garis-garis dasar yang akan menjadi acuan dalam penarikan garis batas.
·
Undang-Undang
No. 6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia
Pada tanggal 8 Agustus 1996, Pemerintah menetapkan Undang-Undang No. 6
tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, yang lebih mempertegas batas-batas
terluar (outer limit) kedaulatan dan yurisdiksi Indonesia di laut, juga
memberikan dasar dalam penetapan garis batas (boundary) dengan negara
negara tetangga yang berbatasan, baik dengan negara-negara yang pantainya
berhadapan maupun yang berdampingan dengan Indonesia.
Pada dasarnya Undang-undang ini memuat ketentuan-ketentuan dasar tentang
hak dan kewajiban negara di laut yang disesuaikan dengan status hukum dari
berbagai zona maritim, sebagaimana diatur dalarn UNCLOS. Batas terluar laut
teritorial Indonesia tetap menganut batas maksimum 12 mil laut, dan garis
pangkal yang dipakai sebagai titik tolak pengukurannya tidak berbeda dengan
pengaturan dalam Undang-Undang No. 4/Prp. tahun 1960 yang disesuaikan dengan
ketentuan baru sebagaimana diatur dalam UNCLOS.
Peraturan Pemerintah, No. 61 tahun 1998 tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia di sekitar
Kepulauan Natuna, diganti dengan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2002 tentang
Daftar Koordinat Geografis Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia
Untuk memenuhi ketentuan dalam Pasal 6 ayat (2) dan ayat (3) Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia yang menentukan bahwa Daftar
Koordinat tersebut harus didepositkan di Sekretariat Jenderal Perserikatan
Bangsa-Bangsa, Undang-undang No. 6 tahun 1996 tersebut kemudian dilengkapi dengan
Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 1998 tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia di sekitar Kepulauan Natuna, yang
kemudian dicabut dan digantikan dengan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2002
tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan
Indonesia, dengan melampirkan daftar koordinat geografis titik-titik garis
pangkal kepulauan Indonesia. Daftar koordinat ini tidak dimasukkan sebagai
ketentuan dalam batang tubuh Peraturan Pemerintah ini dengan tujuan agar
perubahan atau pembaharuan (updating) data dapat dilakukan dengan tidak
perlu mengubah ketentuan dalam batang tubuh Peraturan Pemerintah ini.
Lampiran-lampiran tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.
Selain itu terdapat pula beberapa Undang-Undang yang dikeluarkan sebelum
Indonesia meratifikasi UNCLOS pada tahun 1985 yang belum diubah yaitu:
a. Undang-undang No. 1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen
Indonesia
Undang-Undang ini dibuat berdasarkan ketentuan Konvensi Jenewa tentang
Landas Kontinen tahun 1958 yang menganut penetapan batas terluar landas
kontinen berbeda dengan UNCLOS. Dengan demikian perlu diadakan perubahan
terhadap Undang-Undang ini dengan menyesuaikan sebagaimana mestinya ketentuan
tentang batas terluar landas kontinen.
b. Undang-undang No. 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia
Menurut Undang-Undang ini di Zona Ekonomi Eksklusif, Indonesia mempunyai
hak-hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam
hayati dengan mentaati ketentuan tentang pengelolaan dan konservasi. Batas
terluar Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ditetapkan sejauh 200 mil-laut.
Sampai saat ini Indonesia belum mengumumkan zona tambahannya maupun
memiliki peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penetapan batas
terluar, maupun tentang penetapan garis batas pada zona tambahan yang tumpang
tindih atau yang berbatasan dengan zona tambahan negara lain. Badan Pembinaan
Hukum Nasional dari Departemen Kehakiman dan HAM pernah melakukan pengkajian
dan menghasilkan suatu naskah akademik dan RUU tentang Zona Tambahan, namun
sampai saat ini belum menjadi Undang-Undang.
Menurut ketentuan Pasal 47 ayat 8 dan 9 dari UNCLOS, garis-garis pangkal
yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut harus
dicantumkan dalam peta atau peta-peta dengan skala atau skala-skala yang
memadai untuk menegaskan posisinya. Sebagai gantinya dapat dibuat daftar
koordinat geografis titik-titik yang secara jelas memerinci datum geodetik.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar